(*) teman bilang blognya biar jangan terlalu serius…ini cerita fiktif keluh kesah seseorang yang beristri akuntan publik atau auditor
Menikahi Akuntan Publik
Saya menikahi wanita yang memiliki karir profesional : Akuntan Publik. Ya dia adalah seorang auditor. Dan coba tebak apa yang dilakukannya.
Dia menyuruhku untuk menggunakan metode FIFO (First In First Out) saat mengambil makanan yang disimpan di kulkas. Aduhh…
Dia menganggapku tidak berbakat dalam bermain angka. Aku sih no problem, makanya dia yang mengurus anggaran rumah tangga. Eh tiap akhir bulan dia bikin invoice tagihan profesional fee sama aku. Waktu kubilang kalau aku ini suaminya, bukan kliennya, dia malah minta advance payment.
Aku heran kenapa pengeluaran terus meningkat steadily sehingga suatu hari aku mengintip kertas-kertas yang ada di odner berlabel “current file”. Tak heran! Dia rupanya men-charge mileage (jarak) dan overtime ke dalam anggaran rumah tangga. Dia juga menagihkan Out Of Pocket Expense ke dalamnya. Dia gile dan aku sudah bilang itu ke dia, Eh, dia malah bilang, “Ya enggaklah sayang, aku kan auditor…”
Setiap lembar kertas di rumah dicopy dan difilekan. Alasan dia, ada peraturan yang mengharuskan dia memaintain copy hasil kerjanya selama 10 tahun. Aku sungguh sungguh kuatir….
Dia bilang kalau dia cinta aku dan aku bilang kalau aku cinta dia juga. Tapi tetap aja, dia tidak pernah percaya. Katanya ada kemungkinan terjadi mis-statement. Dan dia memintaku membuat Representation Letter mengenai masalah ini….duhhh
Tahun lalu laporan keuangan rumah kami mendapatkan opini Qualified karena aku nggak menyimpan supporting document atas expensesku.
Awalnya aku heran, kenapa setiap akhir tahun selalu berdatangan surat-surat dari seluruh famili, kolega, termasuk warung depan rumah. Ternyata, istriku mengirimi confirmation letter kepada mereka semua. Waktu aku protes, dia bilang konfirmasi dari pihak eksternal lebih reliable. Cape deh…
Waktu istriku masak, dia sering tidak mengikuti resep. Bila resep itu bilang, tambahkan setengah sendok garam, atau satu sendok the gula, dia selalu tidak peduli. Dia bilang kalau itu tidak material bila dibandingkan dengan seluruh menu yang disiapkan.
Waktu kami menikah, dia memberikan Enggagement Letter padaku. Awalnya kau bilang, “Oh makasih ya sayang…” Ternyata setiap tahun dia memberikan surat yang sama. Katanya, standar mengharuskan dia melakukan itu bila ada indikasi aku keliru memahami scope dan tujuan daei enggagement. Dia juga bilang, aku tidak bisa pisah dari dia begitu saja. Dia punya hak untuk didengar sebelum aku menunjuk orang lain. Dan dia juga menegaskan bila aku menunjuk orang lain menggantikan dia, maka harus ada komunikasi antara dia dan penggantinya, agar dia bisa menyampaikan keberatan profesionalnya. Matilah kita….
Kukira pernikahanku ini sudah cukup gila, ternyata ada temanku yang juga kawin dengan akuntan, punya cerita yang lebih parah. Istrinya mengkapitalisasikan biaya pernikahan sebagai Preliminary Expenses dan mengamortisasinya setiap tahun. Biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum berumah tangga (pacaran) dikaptalisasi sebagai biaya pra-pernikahan. Juga, waktu yang dihabiskannya selama pacaran sebelum menikah sedang dalam proses valuasi, untuk dimasukkan sebagai intangible assets.
Phew,…kadang kala, aku berpikir, kalau dia membahayakan going concernnya pernikahan ini. Duh…kok aku jadi kebawa-bawa dia.
Teman-teman, berpikirlah dua kali sbelum menikahi auditor. Kalau kau sudah berpikir dua kali dan tetap memutuskan menikahinya, pikirkan dua kali lagi. Kau harus mempertimbangkan besar risk sebelum memulai enggagement. Duh…aku ternyata sudah gila.
Aku, seorang auditee seumur hidup.
Sumber :
Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 4/Tahun I/Desember 2007 halaman 78.
Telah terbit :
Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 6/Tahun I/Maret 2008
Harga Rp. 20.000 (Pulau Jawa) Rp. 22.500 (Luar Jawa)
Laporan Utama : Mencari Kebenaran Lewat Audit Investigasi.
Berlangganan hubungi MONA Telp 021-83707344, 8353588
Alamat redaksi :
IAI Jakarta, Gedung Gajah Blok AE Jl. Dr. Saharjo No.111 Tebet Jaksel
3 komentar:
he... he... kayaknya lucu n3... tapi Q lom ngerti ama istilah2nya... phew!!! mungkin nanti kalo udah gede...
Hmm...Humor yang cerdas.Suatu saat saya juga harus bikin humor gender dengan model seperti ini.Saya berulangkali harus putar otak saat membaca posting-posting anda disini,dan setelah otak saya diputar sampai berkali-kali,ternyata masih juga lemot (^_^).Soalnya informasinya sangat ekonomi & politik sekali,krn saya buta dikedua dunia tsb.Tapi saya sangat kagum dengan kritik dan kepedulian anda akan masyarakat & permasalahan di bumi Indonesia tercinta ini.Informasi yang bermanfaat. SEMANGAT !!!!!
Trims telah menyempatkan waktu membaca tulisan saya.
lumayan lucu, terimakasih atas ceritanya. sukses selalu...ya
Posting Komentar