Mungkin para pembaca bertanya-tanya mengapa film favorit dalam profile saya adalah General's Daughter : Go behind the lies. Mungkin anda pernah menontonnya karena film ini dibuat tahun 1999. Pernah di putar di RCTI dan statiun TV swasta lainya. Pelanggan Indovision bahkan bisa menyaksikannya karena telah diputar beberapa kali minggu ini.
Tulisan ini pernah dimuat di majalah Warta Pengawasan tahun 2004, namun saya tulis kembali disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi sekarang.
Film General's Daughter dibintangi oleh John Travolta. Di film itu John Travolta berperan sebagi penyelidik internal militer, yang selain kompeten juga berdedikasi tinggi, membongkar kasus perkosaan seorang anak jendral yang telah ditutupi selama bertahun-tahun oleh pihak-pihak yang takut terkena aib.
Dari film tersebut, penulis ingin menyampaikan kepada para pembaca perbandingan bagaimana pengungkapan kejahatan pemerkosaan di film dengan pengungkapan/penanganan kasus korupsi di Indonesia.
Pertama, dalam film itu diceritakan kejahatan (perkosaan) yang dilakukan secara terencana dan kolusi.
Demikian juga kasus korupsi, tidak ada kasus korupsi yang tidak dilakukan secara kolusi. Contoh yang paling segar adalah skandal dana BI ke DPR dan penegak hukum. Terjadi kolusi antara dewan gubernur BI, para mantan gubernur/direktur BI yang terkena kasus hukum, dengan para pengurus yayasan BI.
Kedua, melibatkan pejabat yang mempunyai kedudukan tinggi, yang dalam film itu diperankan oleh ayah sang korban, Jendral Campbell dan pimpinan militer yang takut kehilangan muka. Jendral ini pada saat kejadian lebih memilih diam dan menerima tawaran kenaikan pangkat/karier/kedudukan daripada memperjuangkan keadilan dan hukum bagi anaknya sendiri.
Demikian juga hampir semua kasus korupsi pasti melibatkan para pejabat tinggi baik secara aktif atau terlibat pasif, yaitu mengetahui kasus ini tapi lebih memilih diam karena takut kehilangan jabatan/kedudukan!
Bukan hal yang susah kiranya bagi kita untuk menyebutkan para pejabat di negara ini yang terlibat korupsi.
Ketiga, akibat yang ditimbulkan sangat merusak bagi korban. Ini ditunjukan dalam film, korban mengalami depresi mental dan trauma yang mendalam karena hamil serta terkena penyakit kelamin. Selain itu, mengakibatkan kemerosotan nilai pendidikan sang korban, dimana sebelum kejadian tersebut dia adalah seorang bintang, namun karena kejadian tersebut korban malah hampir tidak lulus dalam pendidikannya pada tahun kedua!
Demikian juga korupsi sangat merusak “korban”, yaitu bangsa dan rakyat ini. Kita dapat melihat bagaimana bangsa ini terpelosok ke dalam jurang kehancuran. Krisis di negara ini dipicu dari krisis di sektor perbankan melalui kasus penyalahgunaan BLBI yang sampai saat ini tidak jelas apakah sudah selesai ditangani. Belum lagi kasus-kasus korupsi lainnya yang membawa Indonesia masuk dalam 5 besar negara terkorup. Dalam kasus BLBI negara mengalami kerugian ratusan trilyun dan masih harus mengeluarkan ratusan trilyun lagi untuk Obligasi Rekap dan bunganya. Padahal dana itu lebih berguna untuk peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. karena selama ini jumlah orang miskin di Indonesia semakin bertambah dan dana untuk bidang kesehatan/pendidikan sangat minim. Tidak heran banyak pihak yang mengkuatirkan adanya THE LOST GENERATION di negeri ini.
Keempat, intervensi/campur tangan pihak lain untuk mencegah penyelidikan yang lebih mendalam, dalam film tersebut diperankan oleh Kolonel Fowler (Ajudan Jendral Campbell) yang membatasi gerak langkah penyelidik John Travolta untuk meneliti lebih dalam. Fowler mengatakan ada tiga cara untuk mengungkapkan perkara ini, “the right way, the wrong way and the militer way”
Demikian juga pengungkapan kasus korupsi, selalu ada pihak-pihak yang berupaya untuk menghalangi, atau melindungi sehinga memperlambat pengungkapan kasus-kasus korupsi. Pihak-pihak ini mungkin takut jika terungkap maka mereka pun akan terkena. Mereka ingin penyelesaian kasus seperti dalam film tersebut, the militer way. Artinya cara itu adalah tidak mempermalukan nama para pejabat atau institusi yang terlibat.
Skandal dana BI terjadi tahun 2003, baru diungkapkan oleh BPK ke KPK dengan surat nomor 115/I-IV/11/2006 tanggal 14 November 2006. Saya yakin selama tahun 2003 sampai dengan 2006 pihak BI melakukan berbagai cara agar penyelesaiannya sesuai dengan “ The BI way”.
Kelima, kewenangan dan keberanian penyelidik intern dalam mengungkapkan kasus tersebut. Dalam film tersebut kita melihat begitu besar kewenangan yang diberikan kepada John Travolta sehingga walaupun pangkatnya lebih rendah, dia bisa menawan seorang Mayor Moore yang diduga menjadi tersangka. Tindakannya langsung menawan tersangka adalah untuk melindungi bukti, dan ini terbukti ketika Mayor tersebut dilepas tanpa sepengetahuannya, mayor tersebut melakukan bunuh diri.
Sekarang ini beberapa kewenangan KPK digugat. Mulai dari dasar hukum pengadilan tipikor sampai dengan kewenangan menyadap dan menjebak. Dalam kasus skandal aliran dana BI, kewenangan KPK untuk memanggil Dewan Gubernur BI tanpa ijin Presiden oleh para pengacara BI diajukan ke Mahkamah Konstitusi.
Keenam, informasi dari orang dalam, yang dimainkan oleh Kolonel Slesinger sebagai psycholog di West Point tempat korban menimba ilmu.
Kasus korupsi sulit terungkap karena kolusi dan hanya akan terungkap jika salah satu dari pihak yang korupsi “bernyanyi” atau ada orang-orang yang berada di sekitarnya yang tidak korupsi, berani memberikan (membocorkan?) data atau informasi kepada orang lain. Demikian seharusnya di negara kita, selain berlaku undang-undang perlindungan saksi, juga berlaku ketentuan dimana tidak ada data/informasi yang rahasia jika data/informasi suatu lembaga/badan/perusahan Negara/swasta merupakan data-data korupsi. Banyak kasus korupsi di Indonesia yang penyelesaiannya belum jelas karena masih banyak data/informasi yang belum diungkapkan. Dalam kasus BLBI, seandainya ada pejabat/karyawan BI, bank yang bersangkutan, para auditor kantor akuntan publik yang mengaudit mau membocorkan data mungkin pemerintah Indonesia tidak perlu mengeluarkan dana untuk menalangi kerugian BLBI dan Obligasi Rekap.
Padahal saya yakin masih banyak orang-orang atau pegawai yang bekerja di suatu instansi/ perusahaan dimana pimpinannya korupsi atau dilingkungannya ada korupsi, akan memberikan informasi baik secara diam-diam atau terbuka jika keselamatan mereka terjamin atau ada pasal dalam Undang-undang yang menyebutkan tindakan mereka membocorkan informasi tentang korupsi secara hukum tidak dapat dikategorikan membocorkan rahasia perusahaan/rahasia negara.
Dengan demikian tugas Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban harus mensosialisasi budaya “laporkan jika ada korupsi di sekitar kita”. Kemudian meminta kepada bagian sumber daya manusia semua perusahaan memasukan klausul dalam perjanjian kerja bahwa bukan merupakan rahasia perusahaan jika data yang dibocorkan merupakan data-data pelanggaran hukum atau korupsi.
Terakhir, John Travolta akhirnya dapat menuntaskan kasus ini dengan menunjukan kepada Jendral Campbell bahwa musuh sebenarnya yang ingin di lawan anaknya (Kapten Elisabeth Campbell) adalah Ayahnya. Ayahnya berpikiran hanya untuk karier dan nama baik pihak tertentu dengan menutup dan membiarkan kasus pemerkosaan yang menimpa anaknya. Ayahnya menutup diri akan penderitaan fisik dan malu yang diderita anaknya.
Dalam dunia nyata, rakyat menjadi korban karena pada akhirnya akibat tidak langsung korupsi adalah harga-harga yang melambung naik, pelayanan kesehatan yang minim dan pendidikan yang mahal.
Semua itu tidak akan terjadi jika para pejabat/elit bangsa ini tidak memikirkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
Apakah rakyat harus seperti Elisabeth Campbell yang meminta perhatian ayahnya sampai harus meninggal?
Mudah-mudahan tidak!
Johanes Wardy Sitinjak
The Tracer (http://signnet.blogspot.com)
Tulisan ini pernah dimuat di majalah Warta Pengawasan tahun 2004, namun saya tulis kembali disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi sekarang.
Film General's Daughter dibintangi oleh John Travolta. Di film itu John Travolta berperan sebagi penyelidik internal militer, yang selain kompeten juga berdedikasi tinggi, membongkar kasus perkosaan seorang anak jendral yang telah ditutupi selama bertahun-tahun oleh pihak-pihak yang takut terkena aib.
Dari film tersebut, penulis ingin menyampaikan kepada para pembaca perbandingan bagaimana pengungkapan kejahatan pemerkosaan di film dengan pengungkapan/penanganan kasus korupsi di Indonesia.
Pertama, dalam film itu diceritakan kejahatan (perkosaan) yang dilakukan secara terencana dan kolusi.
Demikian juga kasus korupsi, tidak ada kasus korupsi yang tidak dilakukan secara kolusi. Contoh yang paling segar adalah skandal dana BI ke DPR dan penegak hukum. Terjadi kolusi antara dewan gubernur BI, para mantan gubernur/direktur BI yang terkena kasus hukum, dengan para pengurus yayasan BI.
Kedua, melibatkan pejabat yang mempunyai kedudukan tinggi, yang dalam film itu diperankan oleh ayah sang korban, Jendral Campbell dan pimpinan militer yang takut kehilangan muka. Jendral ini pada saat kejadian lebih memilih diam dan menerima tawaran kenaikan pangkat/karier/kedudukan daripada memperjuangkan keadilan dan hukum bagi anaknya sendiri.
Demikian juga hampir semua kasus korupsi pasti melibatkan para pejabat tinggi baik secara aktif atau terlibat pasif, yaitu mengetahui kasus ini tapi lebih memilih diam karena takut kehilangan jabatan/kedudukan!
Bukan hal yang susah kiranya bagi kita untuk menyebutkan para pejabat di negara ini yang terlibat korupsi.
Ketiga, akibat yang ditimbulkan sangat merusak bagi korban. Ini ditunjukan dalam film, korban mengalami depresi mental dan trauma yang mendalam karena hamil serta terkena penyakit kelamin. Selain itu, mengakibatkan kemerosotan nilai pendidikan sang korban, dimana sebelum kejadian tersebut dia adalah seorang bintang, namun karena kejadian tersebut korban malah hampir tidak lulus dalam pendidikannya pada tahun kedua!
Demikian juga korupsi sangat merusak “korban”, yaitu bangsa dan rakyat ini. Kita dapat melihat bagaimana bangsa ini terpelosok ke dalam jurang kehancuran. Krisis di negara ini dipicu dari krisis di sektor perbankan melalui kasus penyalahgunaan BLBI yang sampai saat ini tidak jelas apakah sudah selesai ditangani. Belum lagi kasus-kasus korupsi lainnya yang membawa Indonesia masuk dalam 5 besar negara terkorup. Dalam kasus BLBI negara mengalami kerugian ratusan trilyun dan masih harus mengeluarkan ratusan trilyun lagi untuk Obligasi Rekap dan bunganya. Padahal dana itu lebih berguna untuk peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. karena selama ini jumlah orang miskin di Indonesia semakin bertambah dan dana untuk bidang kesehatan/pendidikan sangat minim. Tidak heran banyak pihak yang mengkuatirkan adanya THE LOST GENERATION di negeri ini.
Keempat, intervensi/campur tangan pihak lain untuk mencegah penyelidikan yang lebih mendalam, dalam film tersebut diperankan oleh Kolonel Fowler (Ajudan Jendral Campbell) yang membatasi gerak langkah penyelidik John Travolta untuk meneliti lebih dalam. Fowler mengatakan ada tiga cara untuk mengungkapkan perkara ini, “the right way, the wrong way and the militer way”
Demikian juga pengungkapan kasus korupsi, selalu ada pihak-pihak yang berupaya untuk menghalangi, atau melindungi sehinga memperlambat pengungkapan kasus-kasus korupsi. Pihak-pihak ini mungkin takut jika terungkap maka mereka pun akan terkena. Mereka ingin penyelesaian kasus seperti dalam film tersebut, the militer way. Artinya cara itu adalah tidak mempermalukan nama para pejabat atau institusi yang terlibat.
Skandal dana BI terjadi tahun 2003, baru diungkapkan oleh BPK ke KPK dengan surat nomor 115/I-IV/11/2006 tanggal 14 November 2006. Saya yakin selama tahun 2003 sampai dengan 2006 pihak BI melakukan berbagai cara agar penyelesaiannya sesuai dengan “ The BI way”.
Kelima, kewenangan dan keberanian penyelidik intern dalam mengungkapkan kasus tersebut. Dalam film tersebut kita melihat begitu besar kewenangan yang diberikan kepada John Travolta sehingga walaupun pangkatnya lebih rendah, dia bisa menawan seorang Mayor Moore yang diduga menjadi tersangka. Tindakannya langsung menawan tersangka adalah untuk melindungi bukti, dan ini terbukti ketika Mayor tersebut dilepas tanpa sepengetahuannya, mayor tersebut melakukan bunuh diri.
Sekarang ini beberapa kewenangan KPK digugat. Mulai dari dasar hukum pengadilan tipikor sampai dengan kewenangan menyadap dan menjebak. Dalam kasus skandal aliran dana BI, kewenangan KPK untuk memanggil Dewan Gubernur BI tanpa ijin Presiden oleh para pengacara BI diajukan ke Mahkamah Konstitusi.
Keenam, informasi dari orang dalam, yang dimainkan oleh Kolonel Slesinger sebagai psycholog di West Point tempat korban menimba ilmu.
Kasus korupsi sulit terungkap karena kolusi dan hanya akan terungkap jika salah satu dari pihak yang korupsi “bernyanyi” atau ada orang-orang yang berada di sekitarnya yang tidak korupsi, berani memberikan (membocorkan?) data atau informasi kepada orang lain. Demikian seharusnya di negara kita, selain berlaku undang-undang perlindungan saksi, juga berlaku ketentuan dimana tidak ada data/informasi yang rahasia jika data/informasi suatu lembaga/badan/perusahan Negara/swasta merupakan data-data korupsi. Banyak kasus korupsi di Indonesia yang penyelesaiannya belum jelas karena masih banyak data/informasi yang belum diungkapkan. Dalam kasus BLBI, seandainya ada pejabat/karyawan BI, bank yang bersangkutan, para auditor kantor akuntan publik yang mengaudit mau membocorkan data mungkin pemerintah Indonesia tidak perlu mengeluarkan dana untuk menalangi kerugian BLBI dan Obligasi Rekap.
Padahal saya yakin masih banyak orang-orang atau pegawai yang bekerja di suatu instansi/ perusahaan dimana pimpinannya korupsi atau dilingkungannya ada korupsi, akan memberikan informasi baik secara diam-diam atau terbuka jika keselamatan mereka terjamin atau ada pasal dalam Undang-undang yang menyebutkan tindakan mereka membocorkan informasi tentang korupsi secara hukum tidak dapat dikategorikan membocorkan rahasia perusahaan/rahasia negara.
Dengan demikian tugas Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban harus mensosialisasi budaya “laporkan jika ada korupsi di sekitar kita”. Kemudian meminta kepada bagian sumber daya manusia semua perusahaan memasukan klausul dalam perjanjian kerja bahwa bukan merupakan rahasia perusahaan jika data yang dibocorkan merupakan data-data pelanggaran hukum atau korupsi.
Terakhir, John Travolta akhirnya dapat menuntaskan kasus ini dengan menunjukan kepada Jendral Campbell bahwa musuh sebenarnya yang ingin di lawan anaknya (Kapten Elisabeth Campbell) adalah Ayahnya. Ayahnya berpikiran hanya untuk karier dan nama baik pihak tertentu dengan menutup dan membiarkan kasus pemerkosaan yang menimpa anaknya. Ayahnya menutup diri akan penderitaan fisik dan malu yang diderita anaknya.
Dalam dunia nyata, rakyat menjadi korban karena pada akhirnya akibat tidak langsung korupsi adalah harga-harga yang melambung naik, pelayanan kesehatan yang minim dan pendidikan yang mahal.
Semua itu tidak akan terjadi jika para pejabat/elit bangsa ini tidak memikirkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
Apakah rakyat harus seperti Elisabeth Campbell yang meminta perhatian ayahnya sampai harus meninggal?
Mudah-mudahan tidak!
Johanes Wardy Sitinjak
The Tracer (http://signnet.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar