*BUKAN EKONOMI TAPI SIFAT MANUSIA YANG SERAKAH*
Tony Kwok, mantan Deputi Komisaris dan Kepala Operasi Komisi Independen Pemberantasan Korupsi Hongkong (ICAC) 1996 – 2002, beberapa waktu lalu sempat berkunjung ke
Berikut wawancara *Jawa Pos* dengan pria yang memiliki nama lengkap Kwok Man-wai Tony.
Jawa Pos (JP):
*Bagaimana menurut Anda pemberantasan korupsi di
Tony Kwok (TK):
Sebenarnya bukan kapasitas saya untuk berkomentar mengenai korupsi di suatu negara. Karena, orang-orang lokal yang lebih mengetahui tentang masalah korupsi di negaranya. Meski begitu, saya ingin sampaikan bahwa permasalahan korupsi di
JP:
Lalu, apa saja yang harus dilakukan untuk melakukan pemberantasan korupsi?*
TK:
Sebenarnya solusinya tidak terlalu sulit.
Pertama, pemerintah harus ingat bahwa melawan korupsi tidak bisa sendiri. Tapi, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif. Di Hongkong, terdapat empat pendekatan komprehensif. Pertama, melawan korupsi melalui pendidikan. Kedua, pencegahan. Ketiga, penegakan hukum yang efektif untuk memberikan efek yang luas. Dan keempat, pemberantasan dengan melakukan kerjasama dengan departemen, komunitas bisnis, profesional, sekolah, dan pendidikan. Kita tidak bisa menggantungkan pada KPK. Tapi, mencoba memobilisasi semua sektor masyarakat untuk memberantas korupsi.
JP:
Selain itu, apakah ada solusi lainnya?*
TK:
Pemerintah harus memberikan kewenangan penuh terhadap lembaga pemberantasan korupsi, seperti KPK, untuk melakukan pemberantasan korupsi. Hal itu juga merupakan wujud keinginan politik dari pemerintah untuk melakukan pemberantasan korupsi. Saya sudah datang ke beberapa negara yang juga memiliki KPK. Tapi faktanya, mereka tidak didukung dengan kewenangan yang penuh. Di antaranya, Filipina, mereka membuat badan antikorupsi yang baru. Tapi tidak memberikan sumberdaya yang cukup. Itu ibaratnya memiliki tentara tapi tidak memiliki senjata api. Di Hongkong, penyidik diberikan kewenangan seperti polisi untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan rekening.
JP:
Bagaimanakah pemberantasan korupsi di Hongkong?
TK:
Hongkong dahulu merupakan salah satu tempat yang paling korup di dunia.
JP:
Apakah polisi ditak menindak mereka?
TK:
Bagaimana mereka dapat menindak kalau mereka juga menerima suap. Misalnya, sopir taksi di Hongkong setiap bulan harus memberikan uang suap kepada polisi. Dengan membayar suap bulanan tersebut, pengemudi taksi mendapatkan label yang ditaruh di kaca samping mobil dan dapat kebal hukum apabila melanggar rambu lalu lintas.
Begitu juga dengan judi. Judi disana merajalela karena mendapat beking dari pihak polisi.
JP:
Bagaimana awalnya pemerintah Anda mulai memberantas korupsi?
TK:
JP:
Usaha apa saja yang telah dilakukan ICAC?TK:
Dengan menerapkan *zero tolerance* terhadap korupsi, kami tidak hanya mengincar korupsi yang besar, tapi juga korupsi yang kecil. Karena keduanya sangat penting untuk memberikan efek jera kepada pelaku lainnya. Korupsi adalah korupsi, saya tidak peduli satu rupe atau satu billion rupe.
JP:
Bagaimana dengan korupsi kecil yang sudah menjadi budaya?*
TK:
JP:
Seringkali para pegawai pemerintah ataupun penegak hukum menggunakan alasan ekonomi untuk melakukan korupsi. Bagaimana menurut Anda?*
Korupsi bukan karena masalah ekonomi. Tapi karena sifat manusia yang serakah. Kalian melamar pekerjaan tentunya sudah mengetahui gaji yang akan diberikan berapa. Jadi jangan dijadikan alasan untuk melakukan korupsi. Apabila tidak puas dengan gaji, silahkan mencari pekerjaan lainnya yang lebih baik. Ini sama halnya, polisi yang menangkap pencuri. Kemudian pencuri itu mengatakan, dia melakukan perbuatan itu karena tidak punya uang. Jadi apa bedanya dengan pegawai pemerintah atau penegak hukum yang mengeluh karena gaji kecil kemudian melakukan korupsi.
JP:
Kemudian apa yang seharusnya dilakukan Pemerintah?*
TK:
sumber : Jawa Pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar