Senin, Januari 28, 2008

10 PENYEBAB MENGAPA KOMISARIS GAGAL ( II )

Penyebab Nomor 9 : The Boardroom Leadership Gap

Adanya gap antara CEO dengan Board yang disebabkan karena :

CEO terlalu dominan

Dalam berbagai skandal yang terjadi peran CEO terlalu dominan sehingga pengawasan dari komisaris tidak jalan. Dominasi peran CEO disebabkan karena CEO adalah pendiri perusahaan. Kita lihat Jeff Shilling di Enron, Kozlowski di Tyco adalah para pendiri perusahaan. Para komisaris terkesan segan dan takut menegur jika CEO berbuat suatu yang menyimpang kebijakan perusahaan.

Dengan demikian setiap pertemuan antara CEO dengan komisaris hanyalah formalitas saja yang sesudahnya diisi dengan makan malam atau acara seremonial pemberian sumbangan, hadiah dll.

Hubungan/komunikasi yang tidak efektif dan tidak harmonis

Seorang CEO mengeluh karena para komisaris hanya muncul dan memberi nasehat pada satu meeting dan kemudian meninggalkan meeting tersebut tanpa mau tahu bagaimana tanggapan CEO. Komisaris itu kemudian muncul pada pertemuan berikut dan kadang-kadang memberikan nasehat lagi yang justru bertentangan dengan nasehat sebelummnya.

Sebaliknya terjadi di perusahaan lain, CEO mengeluh karena para komisaris berperan aktif sampai day to day operation. Mereka menanyakan detail mengapa ada biaya sebesar ini daripada menguji apakah strategi perusahaan telah sesuai.

Latar belakang yang berbeda

Para komisaris mungkin berasal dari perusahaan yang berbeda sehingga cara pandang dan mentalitasnya berbeda. Sedangkan , CEO ingin mendapat nasehat yang spesifik dari pengalaman para komisaris di perusahaan sebelumnya dan dapat diterapkan di perusahaan. Bukan membawa pengalaman di perusahaan lain agar mentah-mentah diterima CEO.

Penyebab Nomor 8 : The Boardroom Amateurs Syndrome : Inadequate time, resouces and expertise for the jobs

Menurut saya, hal ini sebenarnya termasuk penyebab mengapa adanya gap leadership antara CEO dan Komisaris. Para komisaris tersebut tidak mempunyai kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Kelly Kincannon, dari perusahaan pencari executive Kincannon & Reed memberikan petunjuk mengenai tipe-tipe calon komisaris.

The Staffer

Seseorang yang masih belum teruji kemampuaannya dalam hal stratejik. Orang ini baru mempunyai track record baik dalam taktikal saja.

The Generalist

Dengan semakin komplek dan luasnya permasalahan perusahaan, adalah lebih baik mempunyai seseorang calon komisaris yang menguasai skill khusus dan pengetahuan yang mendalam dalam suatu bidang dibandingkan dengan calon yang menguasai berbagai permasalahan namun tidak mendalam.

Hal ini perlu karena komisaris terdiri dari beberapa orang, jika masing-masing anggota komisris adalah orang yang ahli dibidangnya masing-masing secara keseluaruh berarti komisaris telah memenuhi kebutuhan perusahaan.

The Oaf

Calon ini mempunyai pengalaman dan keahlian khusus namun tidak baik kelakuannya.

The Albatross

Terkesan orang ini berpengalaman di beberapa perusahaan. Namun dengan penelitian yang seksama, teryata orang ini ikut terlibat dalam berbagai masalah dan kegagalan di beberapa perusahaan sebelummnya.


Penyebab Nomor 7 : Why Audit Committee is an oxymoron

The Accounting Industry Reform Act tahun 2002 (The Sarbanes- Oxley Act) memberikan perubahan yang penting atas peran Komite Audit. Peraturan ini adalah akibat adanya berbagai skandal dalam perusahaan besar di Amerika Serikat. Namun perubahan dalam peraturan tidak akan berarti jika tidak ada perubahan dan reformasi dalam anggota komite audit itu sendiri.

Fred Golden seorang konsultan governance yang khusus memberikan nasehat, ide dan pertimbangan kepada komisaris menunjukan penyakit kronis yang biasa terdapat dalam berbagai komite audit.

The Too Late, Too Little Syndrome

Kebanyakan Komite Audit tidak mempertimbangkan isu-isu dengan baik. Mereka hanya berjumpa 3 kali setahun. Dengan kemajuan teknologi, dimana penggunaan internet dan teleconference diharapkan Komite audit dapat memanfatkan hal ini sebagai sarana pertemuan informal baik sesama anggota komite maupun dengan para auditor dan risk manager.

Thingking Inside The Box Syndrome

Komite audit tidak mau menggali lebih dalam berbagai alternatif perubahan dan kebijakan akuntansi yang datang dari luar perusahaan

The Hobble Committee Syndrome

Perubahan kebijakan atau aturan tidak serta merta membuat peranan Komite Audit semakin baik. Fakta di lapangan, belum memnunjukan Komite Audit berperan sebagai bos dari para auditor baik internal maupun ekternal.

The Audit Amateur Syndrome

Komite Audit tidak mempunyai keahlian tentang internal dan ekternal perusahaan. Untuk itu Komite Audit perlu selalu meningkatkan pengetahuaannya sehubungan perubahan yang cepat di dalam perusahaan baik segi hukum, akuntansi, resiko bisnis dll. Disarankan Komite Audit menyewa konsultan sebagai staf ahli daripada mengerjakan sendiri berbagai hal.

The “Whose job is it anyway”? Syndrome

Adanya perlu ketegasan dan komunikasi yang intensif untuk menghindari overlapping antara tugas dan peran komisaris dengan komite audit atau komite audit dengan internal audit.

The Blurry Business Risk and Performance Faktor Syndrome

Komite Audit gagal mengindentifikasi key risks berbagai permasalahan yang berkembang. Dengan semakin kompleknya transaksi perusahaan, komite audit tidak bisa hanya mereview dari meja tetapi juga dengan memberdayakan internal auditor untuk mendapat hal-hal baru yang menjadi perhatian.

Untuk memberdayakan fungsi internal auditor ada 12 point yang harus diperhatikan:

- Pemilihan staf internal auditor yang profesional dan tinggi integritasnya.

- Mereview dan menyetujui audit charter

- Mengangkat dan memecat Direktur Audit.

- Melakukan pengawasan yang aktif terhadap peran internal auditor

- Secara berkala mereview independen dan objektivitas internal audit

- Mereview dan menyetujui rencana dan anggaran internal audit

- Mengevaluasi hasil audit

- Menilai pelaksanaan rencana audit dan menanyakan jika ada peyimpangan

- Mereview audit yang lalu untuk menentukan apakah manjemen telah melakukan tindakan koreksi yang direkomendasikan internal auditor

- Meminta internal audit melakukan investigasi terhadap proyek yang strategis

- Membangun diskusi yang rahasia antara auditor dengan komite

- Meminta adanya review dari ekternal mengenal proses audit yang dilakukan internal audit

The Anguished Agenda Syndrome

Agenda meeeting dengan auditor terlalu padat dengan masalah sehingga komite audit terkesan mengejar “target” agar semua masalah bisa dibicarakan walau tidak dalam dan tuntas.

The One-sided Dialogue Syndrome

Komite audit hanya mengandalkan komunikasi formal dengan para auditor, staff keuangan/managemen risk. Semakin baik jika komite audit mempunyai sarana komunikasi non formal sehingga para auditor tidak segan atau takut menyampaikan ide, masalah atau pandangan tertentu terhadap isu di perusahaan. Kalau perlu komite audit menyediakan sarana komunikasi khusus (email) dimana para auditor dapat menyampaikan temuan tentang penyimpangan tampa harus memberikan identitasnya.

The Yesterday’s News Syndrome

Apakah komite audit selalu mendapatkan berita atau informasi yang up to date tentang kondisi perusahaan. Apakah struktur internal perusahaan mendukung komite audit untuk mendapatkan hal ini?


Posting by : The Tracer (http://signnet.blogspot.com)

Tidak ada komentar: