Selasa, Januari 22, 2008

10 PENYEBAB MENGAPA KOMISARIS GAGAL (BAGIAN I)


Media massa menulis berita bahwa Taufik Rukky dan Erry ditawari posisi komisaris di Badan Usaha Milik Negara. Keduanya adalah mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Rupanya pemerintah mungkin berpikiran bahwa latar belakang kedua orang itu mungkin berguna untuk membawa perbaikan kinerja BUMN. Padahal praktek penempatan mantan pejabat tinggi di BUMN seperti ini sudah lama berlangsung dan kita tahu BUMN kita tetap sarat dengan praktek-praktek KKN dan BUMN kita banyak yang rugi.

Gagalnya peran komisaris tidak hanya di Indonesia, tetapi juga diperusahaan besar seperti Enron. Sebelum bangkrut akibat skandal, dalam dewan komisaris Enron terdapat nama besar, yaitu Robert K. Jaedicke seorang profesor akunting dan mantan dekan dari Stanford Business School.

Mengapa dewan komisaris gagal dan tidak bisa berperan banyak? Dalam buku Saving The Corporate Board : Why Board Fail and How to Fix Them karangan Ralph D. Ward disebutkan ada 10 penyebab mengapa peran komisaris gagal.

Penyebab Nomor : 10

The Data Disaster : Board receive too little or too information

Dewan komisaris tidak diberi keleluasaan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi perusahaan. Namun, ketika dua hari menjelang jadwal meeting, komisaris dijejali setumpuk informasi mengenai laporan dan analisis keuangan, grafik, tabel, opini hukum, memo dan lain-lain. Bahkan komisaris yang profesional pun akan sulit memahami kondisi perusahaan karena keterbatasab waktu. Apalagi khusus pengalaman di Indonesia, para pensiunan ini biasa “terima bersih” tinggal memutuskan karena sebelumnya segala hal telah dikerjakan oleh anak buahnya. Namun, sebagai komisaris di BUMN harus mengerjakan sendiri. Saya pernah melihat bagaiman mantan boss saya yang menjadi komisaris terpaksa mengcopy sendiri suatu laporan/informasi disuatu BUMN.

Robert Lear, penulis yang dihormati dalam corporate governance, menceritakan pengalamannya sebagai mantan komisaris utama dari Schaefer Corp.

  • One of the biggest boardroom headaches I’ve seen is when the company present a full agenda with no room for disscusion. You have 2 hours of slides and presentations and you have 20 pounds of reports the day before the meetings so there’s no time for diggest it. This happens all the time.
  • Full participation on all items is vital with no one afraid to tell CEO, he’s wrong.
  • I hate getting the agenda 5 minute before the meeting. You need time to call in and ask questions. Otherswise, there are to many hurried situastions.

Sangat jarang anggota dewan komisaris yang menjadi berita utama, kecuali pada Mei 2000 sebuah artikel dalam Business Week menceritakan Shirley Young, yang terpaksa berhenti menjadi anggota dewan komisaris Bank Of America setelah permintaan yang menjadi prinsipnya tidak diakomodasi oleh CEO, yaitu :

  • First, the board must receive key information relates to corporate strategy. If these data are skimmy, late or fudged, board are fly blind and forced to do their own digging.
  • The board meeting must have both agenda time and atmosphere that encourages open discussion.
  • Management’s view of the board sets the whole governance atmosphere-for goog or bad. Do they view their board as a constructive force? Or Do they act like kids avoiding the truant office at school? (Bersambung)

The Tracer (http://www.signnet.blogspot.com/)

Tidak ada komentar: